Apa
itu IPM??
Sudahkah
Anda mengenal dengan yang namanya Indeks Pembangunan Manusia atau lebih dikenal
dengan singkatan IPM, nama kerennya Human
Development Indeks (HDI). Sebagai akademisi, Tentu kita pernah mendengarnya
waluapun samar-samar, terlebih lagi yang aktif membaca Koran dan mengamati
perkembangan negara tercinta kita ini. Tulisan ini akan menjelaskan secara
singkat definisi dari IPM.
Jaman
sekarang ini jika ingin menilai “sesuatu” tidak bisa berdasarkan pengamatan secara
kasat mata ataupun feeling, penilaian harus berdasarkan data yang ada, data
tersebut tidaklah asal, data harus berasal dari fakta di lapangan sehingga bisa
menggambarkan fenomena yang terjadi. Untuk itulah suatu ukuran harus ada agar
bisa menilai atau menggambarkan fenomena yang terjadi secara ringkas dan jelas.
Ukuran tersebut bisa berupa rate, rasio, indeks ataupun ukuran statistik
lainnya. Ukuran tersebut bisa berupa
satu variabel ataupun lebih, contohnya sex
ratio untuk satu variabel dan IPM untuk beberapa variabel.
Kembali ke pokok bahasan mengenai IPM.
Suatu negara akan dinilai maju atau berkembang bisa dilihat dari berbagai
ukuran, salah satunya nilai IPM negara tersebut. Negara yang berkembang
otomatis berhasil dalam pembangunannya, dimana tujuan akhir dalam pembangunan suatu
negara adalah manusia, menciptakan lingkungan yang memungkinkan rakyat
menikmati umur panjang, sehat, dan menjalankan kehidupan yang produktif (UNDP,
BPS dan Bappenas; Laporan Pembangunan Manusia; 2004). Sedangkan menurut BPS
(2010), Keberhasilan pembangunan manusia dapat dilihat dari seberapa besar
permasalahan mendasar masyarakat dapat teratasi. Permasalahan-permasalahan
tersebut meliputi kemiskinan, pengangguran, gizi buruk, dan buta huruf.
Menilik dari berbagai permasalahan yang
ada, maka Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan sebuah ukuran pembangunan
manusia agar dapat membandingkan perkembangan antarwilayah ataupun antarnegara
berdasarkan faktor-faktor yang terkait dalam ukuran IPM. IPM diperkenalkan oleh UNDP pada tahun 1990. IPM
menjadi ukuran penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun
kualitas hidup manusia yang terkait dengan pendapatan, kesehatan, dan
pendidikan. Selain itu, data IPM digunakan sebagai salah satu komponen dasar
dalam penyusunan Dana Alokasi Umum (DAU), selain jumlah penduduk, luas wilayah,
PDRB per-kapita dan Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) (BPS, 2010). Dan seperti
yang kita ketahui, apa saja peranan penting dari DAU untuk setiap wilayah. Oleh
karena itu, nilai dari IPM itu sendiri mempunyai banyak arti. Dalam dunia statistik,
sebuah angka mempunyai banyak makna dan menentukan hajat hidup orang banyak.
Bagaimana Mendapatkan Nilai IPM???
Untuk
mendapatkan nilai IPM tidak bisa berdasarkan satu variabel saja, karena IPM
tersebut terdiri dari berbagai variabel-variabel yang diharapkan dapat
merepresentasikan fenomena-fenomena yang ada. Nilai IPM didapatkan dengan
berbagai rumus indeks yang ada (penjelasan men). Komponen IPM terdiri dari dimensi longevity
(umur panjang dan sehat) yang didapatkan dari indikator Angka Harapan
Hidup (AHH), dimana untuk mendapatkan AHH diperlukan variabel Anak Lahir Hidup
(ALH) dan Anak Masih Hidup (AMH), dimensi
knowledge (pengetahuan) yang didapatkan
dari indikator Angka Melek Huruf dan Rata-Rata Lama Sekolah, dan dimensi decent living standard (standar hidup layak) yang didapatkan dari
indikator kemampuan daya beli atau bisa dikatakan ukuran pendapatan yang sudah disesuaikan dengan
paritas daya beli (Purchasing Power
Parity).
Apa IPM mutlak sebagai ukuran pembangunan manusia???
Walaupun IPM telah ditentukan oleh PBB
sebagai ukuran standar pembangunan manusia dan cocok untuk diterapkan di
berbagai negara, bukan berarti IPM sangat bagus dan tidak ada keterbatasan. IPM
pun layaknya seorang manusia yang tidak sempurna, memiliki
keterbatasan-keterbatasan tertentu dibalik berbagai manfaat yang bisa kita
lihat dari nilai IPM.
IPM sebagai indeks komposit, tidak
memiliki arti tersendiri jika secara tunggal, nilai IPM akan bermakna jika
dibandingkan dengan nilai IPM wilayah yang lain. Selain itu, IPM terdiri dari
komponen-komponen penyusun yang jika dijabarkan analisisnya, akan mencakup
ruang lingkup yang luas. Untuk itu harus dilakukan analisis mendalam dan
menyeluruh terhadap komponen-kompenen penyusun IPM agar dapat
mengintepretasikan nilai IPM dengan baik, dan mengetahui analisis sebab akibat
yang bisa didapatkan dari nilai IPM itu sendiri.
Contohnya, dimensi longevity, indikator
AHH yang dibutuhkan dalam dimensi ini jika ditelusuri lebih dalam lagi akan
berkaitan terhadap faktor-faktor sosial ekonomi lainnya. AHH berkaitan dengan
ALH dan AMH yang bisa menjadi ukuran kesehatan ibu dan anak, dimana kesehatan
ibu dan anak bisa menjadi tolak ukur kesehatan dari penduduk. Hal ini tidak
lepas dari angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian ibu (AKI). Selain itu,
AHH berhubungan erat dengan tingkat kematian, dan tingkat kematian berhubungan
dengan kemiskinan, pendidikan, ketersediaan pangan, status gizi, ekonomi,
lingkungan, gaya hidup dan faktor-faktor lainnya. Dengan analisis yang
mendalam, tentu kebijakan-kebijakan yang diharapkan untuk membangun suatu
wilayah dapat ditentukan dengan baik. Untuk analisis mendalam mengenai IPM dan
komponen-komponen penyusunnya akan dijelaskan lebih lanjut di tulisan
berikutnya. Semoga tulisan ringkas
mengenai IPM ini dapat bermanfaat buat kita semua :)
.
Beuh...mantap...ahli IPM....=D....good...keep posting....dibantuin share deh...
BalasHapushaha..makasih masbro... sama-sama belajar :D
HapusUp..Up..
BalasHapusMakasih atas kunjungannya, semoga bermanfaat :)
HapusThe best casino online for US Players | Wooricasinos.info
BalasHapusPlay casino online at WOOT in Michigan and av 보는 곳 win real money with WOOT casino 바카라 커뮤니티 bonuses, 골드머니 promotions, and much 망고 도메인 more. k9win