Senin, 20 Februari 2012

Kuesioner Sebagai Ujung Tombak Survei


Arti Dari Kuesioner
Kuesioner, saya sebelum mengenal statistik, masih terasa asing begitu mendengar kata-kata ini, membayangkannya pun masih samar-samar. Kuesioner lebih dikenal publik dengan nama Angket. Pertama, saya akan menjelaskan dengan ringkas mengenai kuesioner. Pada dasarnya kuesioner sebagai salah satu alat instrumen penelitian merupakan sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diteliti atau disebut responden. Menurut Arikunto (2006), “kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahuinya”. Jika kita dalam mengumpulkan data menggunakan kuesioner, artinya kita menggunakan data primer. Sebelumnya udah pada tahu belum beda data primer dan data sekunder? Data primer itu data yang langsung dikumpulkan dari lapangan, jadi berupa data mentah yang nanti kita olah sendiri, sedangkan data sekunder itu data yang didapatkan dari “tangan lain” atau pihak lain yang mengumpulkannya, misalkan data ekspor impor yang didapatkan dari kantor bea cukai. Data sekunder bisa berupa data mentah ataupun data yang udah diolah.

Menurut Singarimbun dan Effendi (1989), tujuan menggunakan kuesioner adalah untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian (survei) dan memperoleh informasi dengan validitas dan reliabilitas setinggi mungkin. Arti dari validitas dalam kuesioner adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya, ilustrasinya, penggaris yah digunakan untuk mengukur panjang dalam satuan tertentu, bukan untuk mengukur berat ataupun volume. Sedangkan reliabilitas adalah sejauhnya mana alat ukur dapat dipercaya dan diandalkan, ilustrasinya, penggaris jika mengukur sesuatu, walaupun berbeda tempat, waktu, tetap akan memberikan hasil yang sama, konsisten. Penjelasan lebih lengkap bisa dilihat di buku “Metode Penelitian Survei” karya Singarimbun dan Effendi atau “Prosedur Penelitian” karya Arikunto, kayak promosi buku neh, hehe. Mungkin di lain kesempatan, saya akan jelaskan mengenai validitas dan reliabilitas serta penghitungannya dengan SPSS.
Tata cara pengisian kuesioner bisa ”self enumeration”, yang artinya diisi oleh responden itu sendiri, bisa juga ditanyakan oleh kita (petugas survei ato penelitian). Jenis kuesioner ada yang terbuka dan ada yang tertutup. Kuesioner terbuka jika jawaban dari pertanyaan yang ada terserah oleh responden, hal ini akan mengakibatkan jawaban yang beragam sehingga agak sulit dalam pengkodean dan pengelompokannya. Akibat lainnya adalah fokus dari penelitian bisa saja tidak tercapai jika jawaban responden tidak sesuai dengan yang kita (peneliti) inginkan. Sedangkan kuesioner tertutup jika pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner telah ada pilihan jawabannya, jadi jawabannya telah ditentukan oleh peneliti. Hal ini dilakukan karena peneliti ingin fokus jawaban dari responden yang telah sesuai dengan kerangka pikir dari penelitian tersebut. Akan tetapi, kuesioner tertutup ini menutup kemungkinan jawaban yang ekstrem, yang berada diluar pikiran peneliti padahal ada kemungkinan jawaban tersebut berpengaruh terhadap tujuan penelitian.

Bagaimana menyusun daftar pertanyaan?
Ibaratkan buah, yang dijelaskan diatas adalah kulit luarnya, sekarang kita akan mengelupas hingga daging buahnya kelihatan :) . Isi dari kuesioner itu tidaklah asal, maksudnya, daftar pertanyaan yang dibuat tidak sesuka kita, berpikiran yang penting sesuai dengan penelitian kita. Walaupun harus sesuai dengan tujuan kita dan kita sendiri yang membuatnya, kita harus menyusunnya berdasarkan pendekatan-pendekatan yang sesuai dengan teori. Cara mudahnya, kita bentuk tabel kisi-kisi instrumen, tabel ini terdiri dari kolom variabel, indikator, dan butir pertanyaan/pernyataan. Satu indikator bisa berupa satu pertanyaan, bisa juga terdiri dari beberapa pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan yang ada bisa untuk mendapatkan data kuantitatif seperti pertanyaan mengenai jumlah anggota rumah tangga, dan bisa untuk mendapatkan data kualitatif seperti menanyakan keluhan kesehatan selama satu bulan terakhir yang jawabannya antara ya dan tidak.  

Kuantitatif vs kualitatif
Seperti yang kita ketahui, data kualitatif tidak bisa diolah, bagaimana caranya memasukkan “ya” atau “tidak” ke dalam excel dan spss, terus kita run, error bukan? Jadi, data kualitatif tersebut harus kita kuantitatifkan agar bisa diolah. Ada banyak cara untuk mengkuantitatifkan data kualitatif, misalkan dengan menggunakan pengukuran skala yang biasanya dilakukan dalam penelitian sosial. Skala tersebut bermacam-macam, ada skala likert, skala guttman, rating skala, skala diferensial semantik, skala thurstone dan sebagainya. Dalam menentukan skala pun ada berbagai persyaratan, misalnya data tersebut apakah harus ordinal, interval, rasio ataupun nominal. Selain dengan pengukuran skala, bisa juga dengan teori-teori yang sudah ada, misalkan untuk mengukur Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, pilihan jawabannya telah tersedia berdasarkan teori yang merupakan hasil kerjasama antara BPS dan Depkes.

Kuesioner yang baik bagaimana?
Kuesioner yang baik itu singkat, padat, dan jelas. Singkat maksudnya, daftar pertanyaannya tidak terlalu bertele-tele, panjang tapi tidak berarti, dan mengulang-ngulang pertanyaan yang tidak sama tetapi mempunyai inti yang sama. hal ini diusahakan untuk dihindari. Padat dalam kuesioner berarti sesuai dengan tujuan dari penelitian dan telah diuji validitas serta reliabilitas. Sedangkan jelas maksudnya tidak ambigu, satu pertanyaan bisa mempunyai arti yang berbeda jika dilihat dari berbagai sudut pandang. Ini terkait dengan tata bahasa yang digunakan. Pertanyaan-pertanyaan yang ada harus sejelas mungkin, sehingga jawaban dari responden bisa sesuai dengan yang kita inginkan. Pikiran kita disampaikan melalui pertanyaan, seakan-akan kita yang menanyakan langsung dan menjelaskannya.

Tidak lupa semua konsep dan definisi yang ada dalam kuesioner disesuaikan dengan apa yang kita inginkan berdasarkan tujuan penelitian kita. Biasanya dituangkan dalam buku pedoman, agar setiap variabel mempunyai konsep yang sama. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi kesalahan dalam penafsiran pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam kuesioner. dengan adanya konsep dan definisi yang jelas, diharapkan dapat memperkecil kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi. Selain konsep dan definisi, panduan dalam menggunakan kuesioner juga perlu dibuat sejelas mungkin. Khusus dalam penyusunan penelitian berupa skripsi atau semacamnya, konsep dan definisi dari variabel-variabel yang kita gunakan dalam penelitian diterapkan didalam definisi operasional.  

Melihat betapa pentingnya kuesioner dalam sebuah penelitian atau survei, maka kita jika melakukan penelitian (jika memakai data primer), harus mengetahui segala hal mengenai kuesioner. ini terkait dengan hasil dari penelitian kita yang mungkin bisa berguna bagi umum.

Penyusunan kuesioner tidaklah mudah jika baru pertama mengerjakan karena harus mencari teori-teori yang sesuai dengan penelitian dan akan dijadikan dasar dalam menentukan pertanyaan. Semoga bermanfaat :) .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar